Kamis, 19 Juni 2014

PELACUR DAN POLITIK




Puisi Bersatulah Pelacur-Pelacur Kota Jakarta menggambarkan tentang bagaimana kebejatan para Pemimpin Negeri ini. Para pemimpin negeri yang seharusnya menjadi pimpinan yang baik namun dalam kenyataannya malah sebaliknya. Mereka menapakkan wajah yang baik di luar namun jelek di dalamnya. Meskipun tidak semua pemimpin seperti mereka terkadang malah melakukan  hal-hal yang merugikan rakyat (korupsi, judi, pelacuran. dll). Seperti dalam bait 6:

Politisi dan pegawai tinggi
Adalah caluk yang rapi
Kongres-kongres dan konferensi
Tak pernah berjalan tanpa kalian
Kalian tak pernah bisa bilang ‘tidak’
Lantaran kelaparan yang menakutkan
Kemiskinan yang mengekang
Dan telah lama sia-sia cari kerja
Ijazah sekolah tanpa guna

Puisi ini juga yang merendahkan derajat dan nilai kemanusiaan. Dengan kekuasaan yang dimilikinya, para pejabat melecehkan para kaum pelacur, dengan keji dan hina, tapi disamping itu mereka juga menggerayai hingga merasakan tubuh seorang pelacur. Tidak hanya semalam saja tapi juga mungkin tiap malam mereka merasakan kemolekkan tubuh seorang pelacur. Mereka melakukan tindak seksualitas tanpa menghiraukan ketentuan hukum, agama hingga moral masyarakat. Di sini pengarang memprotes perbuatan keji para pejabat, yang merendahkan derajat wanita dengan mengatakan sebagai inspirasi revolusi, tetapi dijadikan sebagai pelacur. Perhatikan kutipan dari sajak berikut:


Sarinah
Katakan kepada mereka
bagaimana kau dipanggil ke kantor menteri
bagaimana ia bicara panjang lebar kepadamu
tentang perjuangan nusa bangsa
dan tiba-tiba tanpa ujung pangkal
ia sebut kau inspirasi revolusi
sambil ia buka kutangmu
Dan kau Dasima
Khabarkan pada rakyat
Bagaimana para pemimpin revolusi
Secara bergiliran memelukmu
Bicara tentang kemakmuran rakyat dan api revolusi
Sambil celananya basah
Dan tubuhnya lemas
Terkapai disampingmu
Ototnya keburu tak berdaya
Kritik pada puisi ini mempotret penderitaan manusia apalagi seorang pelacur. Banyak faktor yang membuat manusia itu menderita. Tetapi yang paling menentukan ialah faktor manusia itu sendiri. Manusialah yang membuat orang menderita akibat nafsu ingin berkuasa, serakah, tidak hati-hati dan sebagainya. Keadaan yang demikian ini tidak mempunyai daya tarik dan tidak menyenangkan, karena nilai kemanusiaan telah diabaikan. Puisi ini benar-benar mampu membuka mata kita terhadap aspek lain akan pelacuran di negara ini. Dunia ini penuh dengan manusia yang keji hingga para pejabat pun ikut merendahkan harga dirinya. Apakah mereka tidak malu dengan jabatan yang mereka duduki saat ini?, dan kalau sudah begini apa mereka pantas menjabat sebagai wakil rakyat yang kerjanya hanya menikmati uang rakyat dan bersetubuh dengan pelacur?. Jika sudah ketahuan bersalah, mereka hanya bisa menuduh orang sana sini, tidak ingin bertanggung jawab tentang apa yang telah dilakukannya.


Lampiran
Bersatulah Pelacur-Pelacur Kota Jakarta
RENDRA

Pelacur-pelacur Kota Jakarta
Dari kelas tinggi dan kelas rendah
diganyang
Telah haru-biru
Mereka kecut
Keder
Terhina dan tersipu-sipu
Sesalkan mana yang mesti kau sesalkan
Tapi jangan kau lewat putus asa
Dan kaurelakan dirimu dibikin korban
Wahai pelacur-pelacur kota Jakarta
Sekarang bangkitlah
Sanggul kembali rambutmu
Karena setelah menyesal
Datanglah kini giliranmu
Bukan untuk membela diri melulu
Tapi untuk lancarkan serangan
Karena
Sesalkan mana yang mesti kau sesalkan
Tapi jangan kaurela dibikin korban

Sarinah
Katakan kepada mereka
Bagaimana kau dipanggil ke kantor menteri
Bagaimana ia bicara panjang lebar kepadamu
Tentang perjuangan nusa bangsa
Dan tiba-tiba tanpa ujung pangkal
Ia sebut kau inspirasi revolusi
Sambil ia buka kutangmu

Dan kau Dasima
Khabarkan pada rakyat
Bagaimana para pemimpin revolusi
Secara bergiliran memelukmu
Bicara tentang kemakmuran rakyat dan api revolusi
Sambil celananya basah
Dan tubuhnya lemas
Terkapai disampingmu
Ototnya keburu tak berdaya
Politisi dan pegawai tinggi
Adalah caluk yang rapi
Kongres-kongres dan konferensi
Tak pernah berjalan tanpa kalian
Kalian tak pernah bisa bilang ‘tidak’
Lantaran kelaparan yang menakutkan
Kemiskinan yang mengekang
Dan telah lama sia-sia cari kerja
Ijazah sekolah tanpa guna
Para kepala jawatan
Akan membuka kesempatan
Kalau kau membuka kesempatan
Kalau kau membuka paha
Sedang diluar pemerintahan
Perusahaan-perusahaan macet
Lapangan kerja tak ada
Revolusi para pemimpin
Adalah revolusi dewa-dewa
Mereka berjuang untuk syurga
Dan tidak untuk bumi
Revolusi dewa-dewa
Tak pernah menghasilkan
Lebih banyak lapangan kerja
Bagi rakyatnya
Kalian adalah sebahagian kaum penganggur yang mereka ciptakan
Namun
Sesalkan mana yang kau kausesalkan
Tapi  jangan kau lewat putus asa
Dan kau rela dibikin korban
Pelacur-pelacur kota Jakarta
Berhentilah tersipu-sipu
Ketika kubaca di koran
Bagaimana badut-badut mengganyang kalian
Menuduh kalian sumber bencana negara
Aku jadi murka
Kalian adalah temanku
Ini tak bisa dibiarkan
Astaga
Mulut-mulut badut
Mulut-mulut yang latah bahkan seks mereka politikkan
Saudari-saudariku
Membubarkan kalian
Tidak semudah membubarkan partai politik
Mereka harus beri kalian kerja
Mereka harus pulihkan darjat kalian
Mereka harus ikut memikul kesalahan
Saudari-saudariku. Bersatulah
Ambillah galah
Kibarkan kutang-kutangmu dihujungnya
Araklah keliling kota
Sebagai panji yang telah mereka nodai
Kinilah giliranmu menuntut
Katakanlah kepada mereka
Menganjurkan mengganyang pelacuran
Tanpa menganjurkan
Mengahwini para bekas pelacur
Adalah omong kosong
Pelacur-pelacur kota Jakarta
Saudari-saudariku
Jangan melulur keder pada lelaki
Dengan mudah
Kalian bisa telanjangi kaum palsu
Naikkan tarifmu dua kali
Dan mereka akan klabakan
Mogoklah satu bulan
Dan mereka akan puyeng
Lalu mereka akan berzina
Dengan isteri saudaranya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Leave your comment^^ Gomawo^^

Google Search