Dalam membuat sebuah karya sastra,
kita pastinya membutuhkan suatu kekreatifan dan daya imajinasi yang tinggi.
Kita bisa mengeksperikan apapun ide-ide yang ada di kepala kita. Tidak ada
batasan sama sekali dalam menuliskan sebuah karya sastra. Kita bisa dengan
bebas menggunakan berbagai bentuk gaya bahasa dalam menuangkan ide-ide kita,
kita bisa bebas menggunakan bentuk-bentuk perumpamaan dalam karya sastra yang
kita buat. Hal ini tentu saja demi memperindah karya sastra yang sedang kita
tulis.
Dalam cerpen karya M. Shoim Anwar
yang berjudul "Surat Terakhir" yang menceritakan tentang sebuah
kenangan masa lalu seorang pria terhadap sang mantan kekasih. Meskipun sang
pria sudah berkeluarga, tapi perasaannya terhadap sang mantan kekasih masih
ada. Hal ini yang menyebabkan muncullah konflik antara sang pria dengan
istrinya. Surat-surat maupun foto sang mantan kekasih di masa lalunya masih
tersimpan dengan baik. Sesekali dilihatnya dengan seksama untuk mengenang
bagaimana kisah cintanya di masa lalu.
Kutepuk-tepuk punggungnya. Dia tertidur. Setelah itu kubaca
surat-surat Susmia yang lain. Semua sudah lusuh, bahkan jejak lipatan-lipatan
surat itu ada yang hampir putus karena terlalu sering dibuka dan dilipat.
Foto Susmia pun aku lihat, aku amati bagian demi bagian.
Terakhir, kucium foto itu, seperti aku mencium Susmia lima belas tahun lampau.
Dalam kutipan di atas, Si pria tidak
bisa melupakan mantan kekasihnya karena dia adalah cinta pertamanya. Keegoisan
dan ketidaklapangan si pria dalam melepaskan masa lalunya membuatnya lupa
dengan kehidupannya sekarang yang sudah sangat jelas menjadi seorang suami dan
juga ayah dari anaknya. Bahkan di saat anaknya tertidur di sampingnya pun dia masih
sempat-sempatnya membaca kembali bahkan sampai mencium foto sang mantan
kekasih.
Bayangan akan masa lalunya bersama
Susmia terkadang masih mendatangi dirinya. Dan pada saat dia merasakan kerinduannya
terhadap Susmia, dia selalu membaca kembali surat-surat dari Susmia dan melihat
foto Susmia. Hingga akhirnya sang istri menemukan surat dan foto Susmia yang
disimpannya.
"Anakmu sudah dua! Pakai surat-suratan segala. Nyimpan
foto lagi!"
"Surat apa?"
"Ini" istriku menunjukkan setumpuk surat dan foto
dari balik punggungnya. "Ngaku nggak!"
"Lihat tanggalnya. Ini surat ketika aku masih bujangan
dulu."
"Sama saja!"
Dari kutipan di atas, sang istri
menjad geram karena tingkah suaminya. Sang istri mengira sang suami
berselingkuh. Bagaimana sang istri tidak berpikiran seperti itu kalau suaminya
masih menyimpan surat bahkan foto dari mantan kekasihnya dahulu. Setidaknya
suami harus memperhatikan perasaan sang istri juga.
"Dengarkan," aku memotong, "itu adalah masa
laluku. Aku punya hak untuk mengenangnya. Kamu tak boleh merampas."
"Itu namanya kamu egois. Pantas saja nama perempuan itu
sering kau sebut dalam tidurmu!"
Kutipan di atas menunjukkan bagaimana
sikap egois Pria. Seharusnya dia harus mampu melepaskan masa lalunya demi sang
istri. Tidak sepantasnya si Pria malah memarahi balik sang istri karena hal
itu. Sang istri berhak marah karena sang suami tidak bisa melupakan sang mantan
kekasih. Sebagai seorang istri pasti dia merasa sakit hati karena suaminya masih
menyimpan surt bahkan foto mantan kekasihnya.
Dengan cepat istriku mendorong tubuhku. Karena kalah posisi,
aku jatuh terjengkang ke pinggir dipan. Kepalaku tertatap tembok. Sementara
istriku berbalik meninggalkan tempat ini. Kepalaku teras pusing dan berat. Tapi
aku cepat-cepat bangkit. Aku ingin menguntit, kemana surat-surt dan foto itu
dibawa. Dalam hatiku berdoa, "Semoga istriku tidak membakar surat-surat
dan foto Susmia itu."
Bahkan saat sang istri marah besar
dan sampai membuat si pria kesakitan karena dorongan istri, si pria masih
sempat berharap agar sang istri tidak membakar surat dan foto Susmia. Si pria
seakan tidak peduli dan tidak peka sama sekali dengan sikap sang istri, masa
lalu sudah mendominasi pikirannya. Seakan kemarahan sang istri tidak begitu
penting di dala pikrannya dibandingkan dengam Susmia.
Masa lalu memang bagian terpenting
dalam perjalanan hidup setiap orang. Mengenang masa lalu juga tidak selalu
salah, namun setidaknya kita harus bisa memposiskan diri dalam kehidupan kita
saat ini maupun untuk kedepannya. Kita harus bisa menyesuaikan diri dengan
situasi dan kondisi yang kita hadapi sekarang. Kita harus menjaga perasaan
seseorang yang menjadi bagian dalam hidup kita saat ini, jangan selalu melihat
ke masa lalu. Karena masa lalu hanyalah sebuah kenangan yang hanya ada dalam
benak kita dan masa depan adalah sebuah kenyataan yang akan kita jalani.