Kamis, 14 Oktober 2010

Biografi Abdul Muiz

Abdoel Moeiz lahir di Sungai Puar, Bukittinggi, Sumatra Barat, 3 Juli 1883. Abdoel Moeis adalah seorang sastrawan dan wartawan Indonesia. Pendidikan terakhirnya adalah di Stovia (sekolah kedokteran, sekarang fakultas kedokteran UI), Jakarta, akan tetapi tidak tamat. Ia juga pernah menjadi anggota Volksraad pada tahun 1918 mewakili Central Sarekat Islam.
Selama berkarir, ia pernah bekerja sebagai klerk di Departemen Buderwijs en Eredienst dan menjadi wartawan di Bandung pada surat kabar Belanda, Preanger Bode dan majalah Neraca pimpinan Haji Agus Salim. Ia juga sempat menjadi pimpinan redaksi Kaoem Moeda sebelum mendirikan surat kabar Kaoem Kita pada 1924. Selain itu ia juga pernah aktif dalam Sarekat Islam dan pernah menjadi anggota Dewan Rakyat yang pertama (1920-1923). Setelah kemerdekaan, ia turut membantu mendirikan Persatuan Perjuangan Priangan.
Abdoel Moeis pernah mengecam tulisan orang-orang Belanda yang sangat menghina bangsa Indonesia melalui tulisannya di harian berbahasa Belanda, De Express. Pada tahun 1913, menentang rencana pemerintah Belanda dalam mengadakan perayaan peringatan seratus tahun kemerdekaan Belanda dari Perancis melalui Komite Bumi Putra bersama dengan Ki Hadjar Dewantara. Pada tahun 1922, memimpin pemogokan kaum buruh di daerah Yogyakarta sehingga ia diasingkan ke Garut, Jawa Barat. Ia juga mempengaruhi tokoh-tokoh Belanda dalam pendirian Technische Hooge School – Institut Teknologi Bandung (ITB).
Ia Meninggal di Bandung, Jawa Barat, 17 Juni 1959 pada umur 75 tahun. Ia dimakamkan di TMP Cikutra, Bandung dan dikukuhkan sebagai pahlawan nasional oleh Presiden Soekarno, pada 30 Agustus 1959 (Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 218 Tahun 1959, tanggal 30 Agustus 1959).
Hasil karyanya :
• Salah Asuhan (1928)
• Pertemua Djodoh (1933)
• Surapati (1950)
• Robert Anak Surapati (1953)
Ia juga menerjemahkan beberapa buku. Don Kisot (karya Cerpantes, 1923), Tom Sawyer Anak Amerika (karya Mark Twain, 1928), Sebatang Kara (karya Hector Melot, 1932), dan Tanah Airku (karya C. Swaan Koopman, 1950).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Leave your comment^^ Gomawo^^

Google Search