Kamis, 14 Oktober 2010

Biografi Merari Siregar

Merari Siregar lahir di Sipirok, Sumatera Utara pada 13 Juli 1896 dan wfat di Kalianget, Madura, Jawa Timur pada 23 April 1941.
Merari Siregar pernah bersekolah di Kweek School ( sekolah guru ) dan sekolah guru Oosr en West di Gunung Sahari, Jakarta. Pada tahum 1923, ia bersekolah di sekolah swasta yang didirikan oleh vereeniging tot van Oost en West, yang pada masa itu merupakan organisasi yang aktif mempraktekkan polotik etis Belanda. Setelah lulus sekolah, ia bekerja sebagai guru bantu di Medan kemudian pindah ke Jakarta, yakni di RS CBZ (RS Mangunkusumo). Terakhir ia pindah di Kalianget, Madura, dan bekerja di Opium and Zouregie sampai akhir hayatnya.
Karya – karyanya diantaranya yaitu :
• Azab dan Sengsara. Jakarta: Balai Pustaka. Cet 1 Tahun 1920
• Binasa Karena Gadis Priangan (1931)
• Cerita Tentang Busuk dan Wanginya Kota Betawi (1924)
• Cinta dan Hawa Nafsu

Biografi Mohammad Yamin

Mr. Prof. Mohammad Yamin, SH lahir di Sawahlunto, Sumatera Barat, 24 Agustus 1903. Meninggal di Jakarta, 17 Oktober 1962 pada umur 59 tahun. Ia dimakamkan di Talawi, Sawahlunto. Ia adalah seorang pahlawan nasional Indonesia.
Mohammad Yamin memulai karir sebagai penulis pada decade 1920-an semasa dunia sastra Indonesia mengalami perkembangan. Karya pertamanya ditulis dalam bahasa melayu dalam jurnal Jong Sumatera, sebuah jurnal berbahasa Belanda pada tahun 1920.
Pada tahun 1922, Yamin membuat puisi berjudul Tanah Air. Himpunan Yamin yang kedua, Tumpah Darahku muncul pada 28 Oktober 1928. Karya ini sangat penting dalam hal sejarah karena pada waktu itu, Yamin dan beberapa orang pejuang bangsa memutuskan untuk menghormati satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa Indonesia yang tunggal. Dramanya Ken Arok dan Ken Dedes yang berdasarkan sejarah Jawa muncul pada tahun yang sama. Antara akhir dekade 1920-an sampai tahun 1933.
Karya-karyanya :
• Tanah Air (1922)
• Indonesia, Tumpah Darahku (1928)
• Ken Arok dan Ken Dedes (1934)
• Sedjarah Peperangan Diponegoro (1945)
• Gadjah Mada (1948)
• Revolusi Amerika (1951)
• Kalau Dewi Tara Susah Berkata

Biografi Adinegoro

Adinegoro lahir di Talawi, Sawahlunto, Sumatera Barat, 14 Agustus 1904. Meninggal di Jakarta, 8 Januari 1967 pada usia 62 tahun. Adinegoro adalah sastrawan dan wartawan kawakan. Ia berpendidikan STOVIA (1918-1925) dan pernah memperdalam pengetahuan tentang jurnalistik, geografi, kartografi, dan geopilitik di Jerman dan Belanda (1926-1930)
Nama asli Adinegoro adalah Djamaluddin gelar Datuk Maradjo Sutan. Ia adalah adik sastrawan Muhammad Yamin. Mereka saudara satu bapak, tetapi lain ibu. Ayah Adinegoro bernama Usman gelar Baginda Chatib dan ibunya bernama Sadarijah. Adinegoro memiliki seorang istri bernama Alidas yang berasal dari Sulit Air, Solok, Sumatera Barat.
Adinegoro terpaksa memakai nama samaran karena ketika bersekolah di STOVIA ia tidak diperbolehkan menulis. Padahal, pada saat itu ia ingin sekali menulis. Maka dari itu ia menggunakan adinegoro itu adalah Djamaluddin.
Adinegoro sempat mengenyam pendidikan di Berlin, Belanda selama empat tahun. Ia mendalami masalah jurnalistik. Pengalaman belajar di Jerman itu sangat banyak menambah pengetahuan dan wawasannya, terutama di bidang jurnalistik. Adinegoro lebih dikenal sebagai wartawan daripada sastrawan.
Ia mulai karir menjadi wartawan di majalah Caya Hindia, sebagai pembantu tetap. Setiap minggu ia menulis artikel tentang masalah luar negeri di majalah tersebut. Ketika belajar di luar negeri (1926-1930), ia menyambi menjadi wartawan bebas pada surat kabar Pewarta Deli (Medan), Bintang Timur, dan Panji Pustaka (Batavia).
Setelah kembali ke tanah air, Adinegoro memimpin majalah Panji Pustaka pada tahun 1931. Tetapi, ia tidak bertahan lama Di sana. Sesudah itu, ia memimpin surat kabar Pewarta Deli di Medan (1932-1942). Ia juga pernah memimpin Sumatera Shimbum selama dua tahun. Kemudian, bersama Prof. Dr. Supomo, ia memimpin majalah Mimbar Indonesia (1948-1950). Selanjutnya ia memimpin Yayasan Pers Biro Indonesia (1951). Terakhir, ia bekerja di Kantor Berita Nasional (kemudian berubah menjadi LKBN Antara).
Ia ikut mendirikan Perguruan Tinggi Jurnalistik di Jakarta dan Fakultas Publistik dan Jurnalistik Universitas Padjadjaran. Ia juga pernah menjadi Tjuo Sangi In (semacam dewan rakyat) yang dibentuk Jepang (1942-1945), anggota Dewan Perancang Nasional, anggota MPRS, Ketua Dewan Komisaris Penerbit Gunung Agung, dan Presiden Komisaris LKBN Antara.
Karya-karyanya yaitu :
• Darah Muda, Batavia Centrum : Balai Pustaka, 1931
• Asmara Jaya, Batavia Centrum : Balai Pustaka, 1932
• Melawat ke Barat, Jakarta : Balai Pustaka, 1950
• Buku Revolusi dan Kebudayaan (1954)
• Buku Ensiklopedia Umum dalam Bahasa Indonesia (1954)
• Buku Ilmu Karang Mengarang

Biografi Tulis Sutan Sati

Tulis Sutan Sati lahir di Bukittinggi, tahun 1898. Meninggal pada zaman Jepang.
Karya-karyanya terdiri atas asli dan sadaran, baik roman maupun syair.
Karya asli berbentuk roman adalah
• Sengsara Membawa Nikmat (1928)
• Tidak Tahu Membalas Guna (1932)
• Tak Disangka (1932)
• Memutuskan Pertalian (1932)
Sedangkan karya sadurannya dalam bentuk syair adalah
• Siti Marhumah yang Saleh (saduran dari cerita Hasanahyg saleh)
• Syair Rosina (saduran tentang hal yang sebenarnya terjadi di Betawi pada abad lampau)
• Sabai nan Aluih (saduran dari sebuah kaba Minangkabau dalam bentuk prosa heriman)

Biografi Aman Datuk Madjoindo

Aman Datuk Madjoindo lahir di Supayang, Solok, Sumatera Barat, 5 Maret 1896. Meninggal di Sirukam, Solok, Sumatera Barat, 5 September 1969 pada umur 73 tahuna.
Karyanya yang terkenal adalah Si Doel Anak Betawi, yang kemudian dijadikan Si Doel Anak Betawi oleh sutradara Syumanjaya dan menjadi inspirasi sinetron Si Doel Anak Betawi.
Aman mengenyam pendidikan di HIS di Solok, serta Kweekschool di Bukittinggi. Setelah lulus sekolah, ia sempat menjadi guru di Padang di tahun 1919 Sebelum pindah ke Jakarta dan bekerja di Balai Pustaka tahun 1920. Pada awal masuk Balai Pustaka, Aman pertama kali bekerja sebagai korektor, menjadi ajudan redaktur, dan kemudian redaktur. Ia juga pernah menjabat sebagai direktur penerbit Balai Pustaka.
Kaya-karyanya yaitu :
• Si Doel Anak Betawi (1956)
• Menebus Dosa (1932)
• Rusmala Dewi (1932, bersama S. Hardjosoemarto)
• Sebabnya Rafiah Tersesat (1934, bersama S. Hadjosoemarto)
• Si Cebol Rindukan Bulan (1934)
• Sampaikan Salamku Kepadanya (1935)
• Syair Si Banto Urai (1931)
• Syair Gul Bakawali (1936)
• Cerita Malin Deman dan Putri Bungsu (1932)
• Cindur Mata (1951)
• Hikayat Si Miskin (1958)
• Hikayat Lima Tumenggung (1958)

Biografi Nur sutan iskandar

Nur Sutan Iskandar lahir di Sungai Batang, Sumatera Barat, 3 November 1893. Meninggal di Jakarta, 28 November 1975 pada umur 82 tahun.
Nur Sutan Iskandar memiliki nama asli Muhammad Nur seperti umumnya lelaki Minangkabau lainnya Muhammad Nur mendapat gelar ketika menikah. Gelar Sutan Iskandar yang diperolehnya yang kemudian dipadukan dengan nama aslinya.
Setelah menanamkan sekolah rakyat pada tahun 1909, Nur Sutan Iskandar bekerja sebagai guru bantu. Pada tahun 1919, ia hijrah ke Jakarta. Di sana ia bekerja di Balai Pustaka, pertama kali sebagai korektor naskah karangan sampai akhirnya menjabat sebagai pimpinan redaksi balai pustaka (1925-1942). Kemudian ia diangkat menjadi kepala pengarang balai pustaka yang dijabatnya 1942-1945.
Nur Sutan Iskandar tercatat sebagai sastrawan terproduktif di angkatannya. Selain mengarang karya asli, ia juga menerjemahkan buku karangan pengarang asing.
Karya-karyanya yaitu :
• Apa Dayaku Karena Aku Seorang Perempuan (1923)
• Cinta yang Membawa Maut (1926)
• Salah Pilih (1928)
• Karena Mertua (1932)
• Tuba Dibalas dengan Susu (1933)
• Hulubalang Raja (1934)
• Katak Hendak Menjadi Lembu (1935)

Biografi Marah Roesli

Marah Rusli bin Abu Bakar dilahirkan di Padang, 07 Agustus 1889. Ayahnya bernama Abu Bakar, beliau seorang bangsawan dengan gelar Sultan Pangeran. Ayahnya bekerja sebagai Demang. Sedangkan ibunya, adalah berasal dari Jawa dan keturunan Sentot Alibasyah, salah seorang panglima perang Pangeran Diponegoro.
Marah Rusli bersekolah dasar di Padang yang menggunakan bahasa Belanda sebagai pengantar. Setelah lulus, ia melanjutkan ke sekolah Raja (Kweek School) di Bukit Tinggi, lulus tahun 1910. Setelah itu, ia melanjutkan sekolah ke Vee Arstsen School (sekolah dokter hewan). Di Bogor dan lulus tahun 1915. Setelah tamat, ia ditempatkan di Sumbawa Besar sebagai Ajung Dokter Hewan. Tahun 1916 ia menjadi Kepala Peternakan.
Pada tahun 1920, Marah Rusli diangkat sebagai asisten dosen Dokter Hewan Wittkamp di Bogor. Karena berselisih dengan atasannya, orang Belanda, ia diskors selama setahun. Selama menjalani skorsing itulah ia menulis novel Siti Nurbaya pada tahun 1921. Karirnya sebagai dokter hewan membawanya berpindah-pindah ke berbagai daerah. Tahun 1921-1924 ia bertugas di Jakarta, kemudian di Balige antara tahun 1925-1929 dan Semarang antara tahun 1929-1945.
Tahun 1945, Marah Rusli bergabung dengan Angkatan Laut di Tegal dengan pangkat terakhir Mayor. Ia mengajar di Sekolah Tinggi Dokter Hewan di Klaten tahun 1948 dan sejak tahun 1951 ia menjalani masa pensiun.
Marah Rusli menikah dengan seorang gadis keturunan sunda kelahiran Buitenzorg (Bogor) pada tahun 1911. Mereka mempunyai 3 orang anak, dua diantaranya laki-laki dan satu perempuan. Perkawinan Marah Rusli dengan gadis sunda bukanlah perkawinan yang diinginkan oleh orang tua Marah Rusli. Tetapi, Marah Rusli tetap kokoh pada sikapnya, dan ia tetap mempertahankan perkawinannya.
Kesukaanya dalam dunia kesusastraan sudah tumbuh sejak kecil. Dia sangat senang mendengarkan cerita-cerita dari tukang kaba (tukang dongeng di Sumatra Barat yang berkeliling kampong menjual ceritanya, dan membaca buku-buku sastra. Marah Rusli meninggal pada tanggal 17 Januari 1968 di Bandung dan dimakamkan di Bogor, Jawa Barat.
Dalam sejarah sastra Indonesia. Marah Rusli tercatat sebagai pengarang roman yang pertama dan diberi gelar oleh H.B Jassin sebagai Bapak Roman Modern Indonesia. Sebelum muncul bentuk roman Indonesia, bentuk prosa yang biasanya digunakan adalah hikayat.
Marah Rusli berpendidikan sangat tinggi dan buku-buku bacaannya banyak yang berasal dari luar negeri yang menggambarkan kemajuan zaman. Kemudian dia melihat bahwa adat yang melingkupinya tidak sesuai dengan perkembangan zaman. Hal itu melahirkan pemberontakan dalam hatinya yang dituangkan kedalam karyanya, Siti Nurbaya. Dia ingin melepaskan masyarakat dari belenggu adat yang tidak memberi kesempatan bagi yang muda untuk menyatakan pendapat atau keingginannya.

Dalam cerita Siti Nurbaya, telah diletakkan landasan pemikiran yang mengarah pada emansipasi wanita. Cerita itu membuat wanita mulai memikirkan akn hak-haknya, apakah ia hanya menyerah karena tuntutan adat (dan tekanan orang tua) ataukah ia harus mempertahankan yang diinginkannya. Cerita ini menggugah dan meninggalkan kesan yang mendalam kepada pembacanya. Kesan itulah yang terus melekat hingga sampai sekarang.
Selain Siti Nurbaya, Marah Rusli juga menulis beberapa roman lainnya. Akan tetapi, Siti Nurbaya yang terbaik. Roman itu mendapat hadiah tahunan dalam bidan sastra dari pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1969 dan diterjemahkan ke dalam bahasa Rusia.
Karya – karya Marah Rusli diantaranya
• Siti Nurbaya (1922)
• La Hami (1924)
• Anak dan Kemenakan (1956)
• Memang Jodoh (otobiografi)
• Gadis Yang Malang terjemahan novel karya Charles Dickens (1922)

Biografi Abdul Muiz

Abdoel Moeiz lahir di Sungai Puar, Bukittinggi, Sumatra Barat, 3 Juli 1883. Abdoel Moeis adalah seorang sastrawan dan wartawan Indonesia. Pendidikan terakhirnya adalah di Stovia (sekolah kedokteran, sekarang fakultas kedokteran UI), Jakarta, akan tetapi tidak tamat. Ia juga pernah menjadi anggota Volksraad pada tahun 1918 mewakili Central Sarekat Islam.
Selama berkarir, ia pernah bekerja sebagai klerk di Departemen Buderwijs en Eredienst dan menjadi wartawan di Bandung pada surat kabar Belanda, Preanger Bode dan majalah Neraca pimpinan Haji Agus Salim. Ia juga sempat menjadi pimpinan redaksi Kaoem Moeda sebelum mendirikan surat kabar Kaoem Kita pada 1924. Selain itu ia juga pernah aktif dalam Sarekat Islam dan pernah menjadi anggota Dewan Rakyat yang pertama (1920-1923). Setelah kemerdekaan, ia turut membantu mendirikan Persatuan Perjuangan Priangan.
Abdoel Moeis pernah mengecam tulisan orang-orang Belanda yang sangat menghina bangsa Indonesia melalui tulisannya di harian berbahasa Belanda, De Express. Pada tahun 1913, menentang rencana pemerintah Belanda dalam mengadakan perayaan peringatan seratus tahun kemerdekaan Belanda dari Perancis melalui Komite Bumi Putra bersama dengan Ki Hadjar Dewantara. Pada tahun 1922, memimpin pemogokan kaum buruh di daerah Yogyakarta sehingga ia diasingkan ke Garut, Jawa Barat. Ia juga mempengaruhi tokoh-tokoh Belanda dalam pendirian Technische Hooge School – Institut Teknologi Bandung (ITB).
Ia Meninggal di Bandung, Jawa Barat, 17 Juni 1959 pada umur 75 tahun. Ia dimakamkan di TMP Cikutra, Bandung dan dikukuhkan sebagai pahlawan nasional oleh Presiden Soekarno, pada 30 Agustus 1959 (Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 218 Tahun 1959, tanggal 30 Agustus 1959).
Hasil karyanya :
• Salah Asuhan (1928)
• Pertemua Djodoh (1933)
• Surapati (1950)
• Robert Anak Surapati (1953)
Ia juga menerjemahkan beberapa buku. Don Kisot (karya Cerpantes, 1923), Tom Sawyer Anak Amerika (karya Mark Twain, 1928), Sebatang Kara (karya Hector Melot, 1932), dan Tanah Airku (karya C. Swaan Koopman, 1950).

Selasa, 12 Oktober 2010

Free Download Lagu October Fall - It Was Summer .mp3, Gratis index of Mp3 Mp4 3gp Video October Fall - It Was Summer di intitle index-of-mp3.com, Tuesday 12th of October 2010 03:33:53 PM

Free Download Lagu October Fall - It Was Summer .mp3, Gratis index of Mp3 Mp4 3gp Video October Fall - It Was Summer di intitle index-of-mp3.com, Tuesday 12th of October 2010 03:33:53 PM

Free Download Lagu bowling for soup - my wena.mp3, Gratis index of Mp3 Mp4 3gp Video bowling for soup - my wena di intitle index-of-mp3.com, Tuesday 12th of October 2010 03:31:08 PM

Free Download Lagu bowling for soup - my wena.mp3, Gratis index of Mp3 Mp4 3gp Video bowling for soup - my wena di intitle index-of-mp3.com, Tuesday 12javascript:void(0)th of October 2010 03:31:08 PM

Free Download Lagu Billy Talent - Devil On My Shoulder.mp3, Gratis index of Mp3 Mp4 3gp Video Billy Talent - Devil On My Shoulder di intitle index-of-mp3.com, Tuesday 12th of October 2010 03:22:48 PM

Free Download Lagu Billy Talent - Devil On My Shoulder.mp3, Gratis index of Mp3 Mp4 3gp Video Billy Talent - Devil On My Shoulder di intitle index-of-mp3.com, Tuesday 12th of October 2010 03:22:48 PM

Breaking Benjamin - The Diary Of Jane

If I had to
I would put myself right beside you
So let me ask
Would you like that?
Would you like that?

And I don't mind
If you say this love is the last time
So now I'll ask
Do you like that?
Do you like that?

No

Something's getting in the way
Something's just about to break
I will try to find my place in the diary of Jane
So tell me how it should be

Try to find out what makes you tick
As I lie down
Sore and sick
Do you like that?
Do you like that?

There's a fine line between love and hate
And I don't mind
Just let me say that I like that
I like that

Something's getting in the way
Something's just about to break
I will try to find my place in the diary of Jane
As I burn another page
As I look the other way
I still try to find my place in the diary of Jane
So tell me how it should be

Desperate, I will crawl
Waiting for so long
No love, there is no love
Die for anyone
What have I become

Something's getting in the way
Something's just about to break
I will try to find my place in the diary of Jane
As I burn another page
As I look the other way
I still try to find my place
In the diary of Jane

Bowling For Soup - My Wena

Her name is Wena.
Hey, have you seen-a?
Everyone says she's amazing.
She gets so jealous,
She sticks her head up
When I'm checkin' out the ladies.
And she needs so much attention
She's always hangin' around.

My Wena is lonely tonight.
(My Wena)
She cries when I turn out the light
(My Wena)
She's only happy when I'm holdin' her tight
Oh, My Wena.
Take a look at my Wena.

My little Wena,
Queen of the scene
And all the girls wanna be around her
Her skin is so soft,
I can't keep my hands off
Ever since the day I found her.
And she'll make your heart beat faster
With the wink of an eye.

My Wena is lonely tonight.
(My Wena)
She cries when I turn out the light
(My Wena)
She's only happy when I'm holdin' her tight
Oh, My Wena.
Have you seen my Wena?
Get a load o' my…

Sometimes she can't sleep at night
And I wake up and she's just a-lookin' at me
And she snuggles up tight when it's cold outside
She likes to show off when we're walkin' the beach
And she's always up for goin' extra innings
She's a sucker for a happy ending.
And we may not always agree,
But she's always here with me.

My Wena is lonely tonight.
She cries when I turn out the light
She's only happy when I'm holdin' her tight
My Wena.
(Take a look at my Wena).

My Wena is lonely tonight.
(My wonderful Wena)
She cries when I turn out the light
(She wants to get between ya)
She's only happy when I'm holdin' her tight
Oh, My Wena.
My wonderful Wena.

October Fall - It Was Summer

And it was summer
Don't hide your sunburn
Wear that shirt that's cut so low
I know you loved her
But couldn't trust her
So lets take this extra slow
Sleeping in and we're nowhere near the weekend
Waking up inside a basement with my best friends
We chased our dreams from 9-5
But when the sun goes down is when we felt alive...

You say you'd never let this go
I say we forget what we know
Keep taking baby steps
We're still so far ahead
In summer heat we lose our clothes
And it won't hurt what they don't know
Keep taking baby steps
We're still so far, so far ahead...

Summer secrets keep me breathing
My old routine stopped repeating
And I'll never forget anything
That happened today
The days go by but we don't change
Dear summer, I won't forget you
Walk away but I won't let you
And I'll never forget anything
That happened today
The days go by but we don't change

You say you'd never let this go
I say we forget what we know
Keep taking baby steps
We're still so far ahead
In summer heat we lose our clothes
And it won't hurt what they don't know
Keep taking baby steps
We're still so far, so far ahead....

And here's the best part
It's got the best start
No one say this coming from a mile away
So unexpected, i know you meant it
If i can't have you I'll dream about you
So I'll be sleeping because this dreaming
Is as close as I can get to getting close to you
So close my eyes, don't wake me up
Keep taking baby steps

Hoobastank - I Don't Think I Love You

I wonder what you'll take from me today
Sanity or just me breath away
It's hard to say
Impossible for me to tell
What always walking on egg shells
Who you're going to be from day to day to day

Chorus:
I wish that we would go back
To what we were before
But I don't think that I love you anymore,anymore

Wonder why it is that you don't see
What you've changed since we first met
And how much that is killing me
Know that I will always miss
The butterflies of our first kiss
And how you use to smile so easily

Chorus:
I wish that we would go back
To what we were before
But I don't think that I love you anymore,anymore

Bridge:
It's too hard to keep pretending
It's too hard to ignore
But I don't think that I love you anymore,anymore

I'm sorry,I'm sorry
I never thought that it will come to this
I know I'll never get back
To how we were before
Cuz' I know that I don't love you anymore

It's too hard to keep pretending
It's too hard to ignore
But I know that I don't love you anymore,anymore

I'm sorry...

David Cook - Come Back To Me

You say you gotta go and find yourself
You say that you're becoming someone else
Don't recognize the face in the mirror
Looking back at you

You say you're leavin
As you look away
I know theres really nothin left to say
Just know i'm here
Whenever you need me
I'll wait for you

So i'll let you go
I'll set you free
And when you see what you need to see
When you find you come back to me

Take your time i wont go anywhere
Picture you with the wind in your hair
I'll keep your things right where you left them
I'll be here for you

Oh and i'll let you go
I'll set you free
And when you see what you need to see
When you find you come back to me

And i hope you find everything that you need
I'll be right here waiting to see
You find you come back to me

I can't get close if your not there
I can't get inside if theres no soul to bear
I can't fix you i can't save you
Its something you have to do

So i'll let you go
I'll set you free
And when you see what you need to see
When you find you come back to me
Come back to me
So i'll let you go
I'll set you free
And when you see what you need to see
When you find you come back to me

And i hope you find everything that you need
I'll be right here waiting to see
You find you come back to me

When you find you come back to me
When you find you come back to me
When you find you come back to me

Green day - Boulevard of Broken Dreams

I walk a lonely road
The only one that I have ever known
Don't know where it goes
But it's home to me and I walk alone

I walk this empty street
On the Boulevard of Broken Dreams
Where the city sleeps
and I'm the only one and I walk alone

I walk alone
I walk alone

I walk alone
I walk a...

My shadow's the only one that walks beside me
My shallow heart's the only thing that's beating
Sometimes I wish someone out there will find me
'Til then I walk alone

Ah-ah, Ah-ah, Ah-ah, Aaah-ah,
Ah-ah, Ah-ah, Ah-ah

I'm walking down the line
That divides me somewhere in my mind
On the border line
Of the edge and where I walk alone

Read between the lines
What's fucked up and everything's alright
Check my vital signs
To know I'm still alive and I walk alone

I walk alone
I walk alone

I walk alone
I walk a...

My shadow's the only one that walks beside me
My shallow heart's the only thing that's beating
Sometimes I wish someone out there will find me
'Til then I walk alone

Ah-ah, Ah-ah, Ah-ah, Aaah-ah
Ah-ah, Ah-ah

I walk alone
I walk a...

I walk this empty street
On the Boulevard of Broken Dreams
Where the city sleeps
And I'm the only one and I walk a...

My shadow's the only one that walks beside me
My shallow heart's the only thing that's beating
Sometimes I wish someone out there will find me
'Til then I walk alone...

FONOLOGI

Fonologi
Fonologi adalah ilmu tentang perbendaharaan fonem sebuah bahasa dan distribusinya. Hal-hal yang dibahas dalam fonologi antara lain sebagai berikut.

1. Bunyi Ujaran
Bila kita ditempatkan di tengah-tengah suatu lingkungan masyarakat yang menggunakan suatu bahasa yang tak kita pahami sama sekali, serta mendengar percakapan antar penutur-penutur bahasa itu, maka kita mendapat kesan bahwa apa yang merangsang alat pendengar kita itu merupakan suatu arus-bunyi yang di sana-sini diselingi perhentian sebentar atau lama menurut kebutuhan penuturnya. Bila percakapan itu tarjadi antara dua orang atau lebih, akan tampak pada kita bahwa sesudah seseorang menyelesaikan arus-bunyinya itu, maka yang lain akan mengadakan reaksi . Reaksinya dapat berupa : mengeluarkan lagi arus-bunyi yang tak dapat kita pahami itu, atau melakukan suatu tindakan tertentu.
Dari uraian di atas kita dapat menarik kesimpulan bahwa apa yang dalam pengertian kita sehari-hari disebut bahasa itu meliputi dua bidang yaitu : bunyi yang dihasilkan oleh alat-alat ucap dan arti atau makna yang tersirat dalam arus bunyi tadi; bunyi itu merupakan getaran yang merangsang alat pendengar kita, serta arti atau makna adalah isi yang terkandung di dalam arus bunyi yang menyebabkan adanya reaksi itu. Untuk selanjutnya arus-bunyi itu kita namakan arus-ujaran.
Bila kita mengadakan pemotongan suatu arus-ujaran atas bagian-bagian atau segmen-segmen, dan bagian-bagian itu dipotong-potong lagi dan seterusnya, akhirnya kita sampai kepada unsur-unsur yang paling kecil yang disebut bunyi-ujaran . Tiap bunyi ujaran dalam suatu bahasa mempunyai fungsi untuk membedakan arti. Bila bunyi-ujaran itu sudah dapat membedakan arti maka ia disebut fonem ( phone = bunyi, -ema = suatu akhiran dalam bahasa Yunani yang berarti mengandung arti ).
Bila kita melihat deretan kata-kata seperti: lari, dari, tari, mari, atau deretan lain seperti: dari, daki, dasi, dahi, dan sebagainya, dengan jelas kita melihat bahwa bila suatu unsur diganti dengan unsur lainnya akan terjadi pula akibat yang besar yaitu: perubahan arti yang terkandung dalam kata itu. Ini dengan jelas menunjukkan bahwa kesatuan-kesatuan yang kecil yang terjadi dari bunyi-ujaran itu mempunyai peranan dalam membedakan arti.
Batasan: Fonem adalah kesatuan yang terkecil yang terjadi dari bunyi-ujaran yang dapat membedakan arti.

2. Fonetik dan Fonemik
Bagian dari Tatabahasa yang mempelajari bunyi-bunyi bahasa pada umumnya dalam Ilmu Bahasa disebut fonologi .
Fonologi pada umumnya dibagi atas dua bagian yaitu Fonetik dan Fonemik .
Fonetik adalah ilmu yang menyelidiki dan menganalisa bunyi-bunyi ujaran yang dipakai dalam tutur, serta mempelajari bagaimana menghasilkan bunyi-bunyi tersebut dengan alat ucap manusia.
Fonemik adalah ilmu yang mempelajari bunyi-ujaran dalam fungsinya sebagai pembeda arti.
Jika dalam fonetik kita mempelajari segala macam bunyi yang dapat dihasilkan oleh alat-alat ucap serta bagaimana tiap-tiap bunyi itu dilaksanakan, maka dalam fonemik kita mempelajari dan menyelidiki kemungkinan-kemungkinan, bunyi-ujaran yang manakah yang dapat mempunyai fungsi untuk membedakan arti.

3. Alat Ucap
Kita tidak akan memahami sebaik-baiknya segala macam bunyi-ujaran bila kita tidak mengetahui sebaik-baiknya tetntang alat ucap yang menghasilkan bunyi-bunyi tersebut. Sebab itu dalam Fonologi dipelajari juga bagian-bagian tubuh yang ada sangkut-pautnya dengan menghasilkan bunyi-ujaran tersebut.
Bunyi-ujaran dihasilkan oleh berbagai macam kombinasi dari alat-ucap yang terdapat dalam tubuh manusia. Ada tiga macam alat-ucap yang perlu untuk menghasilkan suatu bunyi-ujaran, yaitu:
1. Udara : yang dialirkan keluar dari paru-paru.
2. Artikulator : bagian dari alat-ucap yang dapat digerakkan atau digeserkan untuk menimbulkan suatu bunyi.
3. Titik artikulasi : ialah bagian dari alat-ucap yang menjadi tujuan sentuh dari artikulator.
Dalam menimbulkan bunyi-ujaran /k/ misalnya, dapat kita lihat kerja sama antara ketiga faktor tersebut dia atas. Mula-mula udara mengalir keluar dari paru-paru, sementara itu bagian belakang lidah bergerak ke atas serta merapat ke langit-langit lembut. Akibatnya udara terhalang. Dalam hal ini belakang lidah menjadi artikulatornya, karena belakang lidah merupakan alat-ucap yang bergerak atau digerakkan, sedangkan langit-langit lembut menjadi titik artikulasinya, karena dia tidak bergerak, dia menjadi tempat tujuan atau tempat sentuh belakang lidah.
Yang termasuk alat-ucap adalah: paru-paru (tempat asal aliran udara), tenggorokan, di ujung atas tenggorokan ( laring ) terdapat pita suara. Ruang di atas pita suara hingga ke perbatasan rongga hidung disebut faring . Alat-alat ucap yang terdapat dalam rongga mulut adalah: bibir ( labium ), gigi ( dens ), lengkung kaki gigi ( alveolum ), langit-langit keras ( palatum ), langit-langit lembut ( velum ), anak tekak ( uvula) , lidah, yang terbagi lagi atas beberapa bagian yaitu: ujung lidah ( apex ), lidah bagian depan, lidah bagian belakang dan akar lidah.
Di samping rongga-rongga laring, faring dan rongga mulut sebagaimana telah disebutkan di atas, rongga hidung juga memainkan peranan yang penting dalam menghasilkan bunyi.

4. Pita Suara
Di ujung atas laring terdapatlah dua buah pita yang elastis yang disebut pita suara . Letak pita suara itu horizontal. Antara kedua pita suara itu terdapat suatu celah yang disebut glotis . Dalam menghasilkan suatu bunyi, pita suara itu dapat mengambil empat macam sikap yang penting:
1. Antara kedua pita suara terdapat celah ( glotis ). Celah ini pada suatu saat terbuka lebar , serta udara yang mengalir keluar dari paru-paru tidak mendapat halangan sehingga tidak terdengar geseran sedikitpun. Bunyi yang dihasilkan dengan posisi ini adalah: /h/.
2. Kebalikan dari posisi di atas adalah sikap di mana pita suara tertutup rapat . Udara yang keluar dari paru-paru ditahan oleh pita suara yang tertutup rapat terbentang tegang menutup laring. Bunyi yang dihasilkan dengan sikap ini adalah bunyi hamzah ( glotal stop ). Bunyi ini biasanya dilambangkan dengan /?/, atau dalam ejaan lama dipergunakan tanda (').
3. Posisi yang ketiga adalah bagian atas dari pita suara terbuka sedikit ; udara yang keluar dapat juga menggetarkan pita suara. Segala macam bunyi-ujaran lainnya terjadi dengan sikap pita suara ini. Bila udara yang keluar itu turut menggetarkan pita suara maka terjadilah bunyi-ujaran yang bersuara ; bila pita suara tidak turut digetarkan maka terjadilah bunyi-ujaran yang tak bersuara.
4. Sikap yang keempat adalah bagian bawah dari pita suara terbuka sedikit . Dalam sikap ini kekuatan udara itu hilang atau berkurang sehingga segala macam bunyi-ujaran yang dihasilkan dengan sikap III berkurang juga. Peristiwa ini terjadi ketika berbisik.

5. Vokal
Bila dalam menghasilkan suatu bunyi-ujaran, udara yang keluar dari paru-paru tidak mendapat halangan sedikit juga, kita mendapat bunyi-ujaran yang disebut vokal . Jenis dan macamnya vokal tidak tergantung dari kuat-lembutnya udara, tetapi tergantung dari beberapa hal berikut:
1. Posisi bibir.
Yaitu bentuk bibir pada waktu mengucapkan suatu bunyi. Bibir dapat mengambil posisi bundar atau rata.
a. Bila bentuknya bundar terjadilah vokal bundar : o, u, a.
b. Bila bentuknya rata terjadilah vokal tak bundar : i, e.
2. Tinggi-rendahnya lidah.
Lidah adalah bagian dari rongga mulut yang amat elastis. Jika ujung dan belakang lidah dinaikkan, terjadilah bunyi yang disebut vokal belakang, misalnya: u, o, dan a. Jika lidah rata, akan terjadi bunyi-ujaran yang disebut vokal pusat, yaitu e (pepet).
3. Maju-mundurnya lidah.
Yang menjadi ukuran maju mundurnya lidah adalah jarak yang terjadi antara lidah dan alveolum. Apabila lidah itu dekat ke alveolum, bunyi-ujaran yang terjadi disebut vokal atas, misalnya i dan u. Bila lidah diundurkan lagi, terjadilah bunyi yang disebut vokal tengah, misalnya e. Bila lidah diundurkan sejauh-jauhnya, terjadilah bunyi yang disebut vokal bawah, misalnya a.
Batasan : Vokal adalah bunyi-ujaran yang terjadi karena udara yang keluar dari paru-paru tidak mendapat halangan.
4. Diftong.
Sebelum membicarakan jenis ujaran lain yang disebut konsonan, perlu dibicarakan satu hal yang dalam Tatabahasa Tradisional disebut diftong. Menurut Tatabahasa Tradisional, diftong adalah dua vokal berturutan yang diucapkan dalam suatu kesatuan waktu¸ misalnya seperti yang terdapat dalam kata-kata ramai, pantai, pulau, dan sebagainya. Urutan vokal seperti dalam kata dinamai, ditandai, dll. tidak termasuk diftong, karena tiap-tiapnya diucapkan dalam kesatuan waktu yang berlainan.
Dalam tutur sehari-hari sering terjadi bahwa diftong itu dirubah menjadi satu bunyi tunggal (monoftong), misalnya: kata-kata pantai, ramai, pulau berubah menjadi pante, rame, pulo, dsb. Proses perubahan bunyi diftong menjadi monoftong dalam Tatabahasa Tradisional disebut monoftongisasi. Sebaliknya dapat terjadi bahwa kata-kata yang pada mulanya mengandung bunyi monoftong mengalami perubahan menjadi diftong, misalnya kata-kata sentosa dan anggota dirubah menjadi sentausa dan anggauta. Proses ini disebut diftongisasi.
Dalam Linguistik Modern pengertian diftong tidak digunakan lagi karena tidak sesuai dengan hakekat dari bunyi-bunyi tersebut. Bila kita secara tegas mencatat bunyi-bunyi tersebut dengan mempergunakan prinsip-prinsip Linguistik Modern, maka ada yang ada hanya urutan-urutan konsonan-vokal. Secara fonetis kata-kata tersebut di atas akan ditulis: /ramay/, /pantay/, /pulaw/, dan sebagainya.

6. Konsonan
Bila dalam menghasilkan suatu bunyi-ujaran, udara yang keluar dari paru-paru mendapat halangan, maka terjadilah bunyi yang disebut konsonan . Halangan yang dijumpai udara itu dapat bersifat sebagian yaitu dengan menggeserkan atau mengadukkan arus udara itu.
Dengan memperhatikan bermacam-macam factor untuk menghasilkan konsonan, maka kita dapat membagi konsonan-konsonan:
1. Berdasarkan artikulator dan titik artikulasinya.
2. Berdasarkan macam halangan udara yang dijumpai udara yang mengalir keluar.
3. Berdasarkan turut-tidaknya pita suara bergetar.
4. Berdasarkan jalan yang dilalui udara ketika keluar dari rongga-rongga ujaran.
Batasan : Konsonan adalah bunyi-ujaran yang terjadi karena udara yang keluar dari paru-paru mendapat halangan.
1. Berdasarkan artikulator dan titik artikulasinya, konsonan-konsonan dapat dibagi atas:
a. Konsonan bi-labial, bunyi yang dihasilkan dengan mempertemukan kedua belah bibir: /p/, /b/, /m/, dan /w/. Karena kedua belah bibir sama-sama bergerak, serta keduanya juga menjadi titik sentuh dari bibir yang lainnya, maka sekaligus mereka bertindak sebagai artikulator dan titik artikulasi.
b. Konsonan labio-dental, adalah bunyi yang dihasilkan dengan mempertemukan gigi atas sebagai titik artikulasi dan bibir bawah sebagai artikulatornya: /f/ dan /v/.
c. Konsonan apiko-interdental, adalah bunyi yang terjadi dengan ujung lidah yang bertindak sebagai artikulator dan daerah antar gigi sebagai titik artikulasinya: /t/ dan /n/.
d. Konsonan apiko-alveolar, adalah bunyi yang dihasilkan oleh ujung lidah sebagai artikulator dan lengkung kaki gigi sebagai titik artikulasinya: /d/ dan /n/.
e. Konsonan palatal, adalah bunyi yang dihasilkan oleh bagian tengah lidah sebagai artikulator dan langit-langit keras sebagai titik artikulasinya: /c/, /j/, dan /ny/.
f. Konsonan velar, adalah bunyi yang dihasilkan oleh belakang lidah sebagai artikulator dan langit-langit lembut sebagai titik artikulasinya: /k/, /g/, /ng/, dan /kh/.
g. Hamzah (glottal stop), adalah bunyi yang dihasilkan dengan posisi pita suara tertutup sama sekali, sehingga menghalangi udara yang keluar dari paru-paru. Celah antara kedua pita suara tertutup rapat.
h. Laringal, adalah bunyi yang terjadi karena pita suara terbuka lebar. Bunyi ini dimasukkan dalam konsonan karena udara yang keluar mengalami gesekan.
2. Berdasarkan halangan yang dijumpai udara ketika keluar dari paru-paru, konsonan dapat pula dibagi-bagi atas:
a. Konsonan hambat (stop), merupakan konsonan yang terjadi karena udara yang keluar dari paru-paru sama sekali dihalangi: /p/, /b/, /k/, /t/, /d/, dll. Dalam pelaksanaannya, konsonan hambat dapat disudahi dengan suatu letusan; dalam hal ini konsonan hambat itu disebut konsonan peletus atau konsonan eksplosif, misalnya konsonan p dalam kata pukul, lapar. Atau konsonan hambat itu dapat dilaksanakan dengan tidak ada letusan; maka hambat itu bersifat implosif, misalnya /t/ dalam kata berat, parit, dll.
Dengan cara sederhana dapat dikatakan bahwa hambat eksplosif terdapat bila suatu konsonan hambat diikuti vokal, sedangkan konsonan hambat implosif terjadi bila konsonan hambat itu tidak diikuti vokal.
b. Frikatif (bunyi geser) , merupakan konsonan yang terjadi bila udara yang keluar dari paru-paru digesekkan: /f/, /h/, dan /kh/.
c. Spiran, merupakan konsonan yang terjadi bila udara yang keluar dari paru-paru mendapat halangan berupa pengadukan diiringi bunyi desis: /s/, /z/, /sy/.
d. Likuida, atau disebut juga lateral , merupakan bunyi yang dihasilkan dengan mengangkat lidah ke langit-langit sehingga udara terpaksa diaduk dan keluat melalui kedua sisi: /l/.
e. Getar atau trill, adalah bunyi yang dihasilkan dengan mendekatkan lidah ke alveolum atau pangkal gigi, kemudian lidah itu menjauhi alveolum lagi, dan seterusnya terjadi berulang-ulang dengan cepat, sehingga udara yang keluar digetarkan. Bunyi ini, yang dihasilkan dengan ujung lidah sebagai artikulator disebut getar apikal . Di samping itu dalam Ilmu Bahasa dikenal pula semacam bunyi getar lain yang mempergunakan anak tekak sebagai artikulatornya, dan yang bertindak sebagai titik artikulasinya adalah belakang lidah. Konsonan getar macam ini disebut getar uvular . Getar apikal dilambangkan dengan /r/, sedangkan getar uvular secara fonetis dilambangkan dengan /R/.
3. Berdasarkan bergetar tidaknya pita suara, konsonan terbagi atas:
a. Konsonan bersuara, jika pita suara turut bergetar: /b/, /d/, /n/, /g/, /w/, dan sebagainya.
b. Konsonan tak bersuara, jika pita suara tidak bergetar: /p/, /t/, /c/, /k/, dan sebagainya.
4. Berdasarkan jalan yang diikuti arus udara ketika keluar dari rongga ujaran, konsonan terbagi atas:
a. Konsonan oral, jika udaranya keluar melalui rongga mulut: /p/, /b/, /k/, /d/, /w/ dan sebagainya.
b. Konsonan nasal, jika udaranya keluar melalui rongga hidung: /m/, /n/, /ny, /ng/.

7. Perubahan Fonem
Dalam pelaksanaan bunyi-bunyi ujaran, terjadilah pengaruh timbal-balik antara bunyi-bunyi ujaran yang berdekatan. Karena adanya pengaruh timbal-balik itu terjadilah perubahan-perubahan bunyi-ujaran; ada perubahan yang jelas kedengaran, ada yang kurang jelas kedengaran perubahan yang tidak jelas misalnya fonem /a/ yang berada dalam suku kata /a/ yang berada dalam suku kata terbuka kedengarannya lebih nyaring bila dibandingkan dengan fonem /a/ yang terdapat dalam suku kata tertutup. Bandingkan antara /a/ pada kata: pada, kata, rata , dengan pada kata: bedak, tidak, sempat , dan lain-lain.
Perubahan-perubahan yang jelas kedengaran dan yang terpenting, yang biasa terdapat dalam bahasa adalah:
1. Asimilasi
Asimilasi dalam pengertian biasa berarti penyamaan . Dalam Ilmu Bahasa asimilasi berarti proses di mana dua bunyi yang tidak sama disamakan atau dijadikan hamper bersamaan. Asimilasi dapat dibagi berdasarkan beberapa segi, yaitu berdasarkan tempat dari fonem yang diasimilasikan dan berdasarkan sifat asimilasi itu sendiri.
a. Berdasarkan tempat dari fonem yang diasimilasikan kita dapat membagi asimilasi atas:
i) Asimilasi progresif, bila bunyi yang diasimilasikan terletak sesudah bunyi yang mengasimilasikan. Contoh dalam bahasa Indonesia sejauh ini belum dapat kami temukan. Tetapi untuk memperjelas proses ini dapat diambil suatu contoh asing:
Latin Kuno: Colnis > Collis
Dalam contoh di atas fonem /n/ diasimilasikan dengan fonem /l/ yang mendahuluinya.
ii) Asimilasi regresif, bila bunyi yang diasimilasikan mendahului bunyi yang mengasimilasikan, misalnya:
al salam (Arab) > assalam > asalam
in + perfect > imperfect > imperfek
ad + similatio > assimilasi > asimilasi
in + moral > immoral > immoral, dan lain-lain.
b. Berdasarkan sifat asimilasi itu sendiri, kita dapat membedakan asimilasi atas:
i) Asimilasi total, bila dua fonem yang disamakan itu dijadikan serupa benar:
ad + similatio > assimilasi > asimilasi
in + moral > immoral > imoral
al + salam > assalam > asalam
ii) Asimilasi parsial, bila kedua fonem yang disamakan hanya disamakan sebagian saja, misalnya:
in + perfect > imperfect > imperfek
in + port > import > impor, dan lain-lain.
Dalam hal ini nasal apiko-alveolar dijadikan nasal bilabial, seduai dengan fonem /p/ yang bilabial, tetapi masih berbeda karena yang satu adalah nasal sedangkan yang lain adalah konsonan hambat.
2. Disimilasi
Kebalikan dari asimilasi adalah disimilasi , yaitu proses di mana dua bunyi yang sama dijadikan tidak sama.
Contoh: kolonel > kornel
lauk-lauk > lauk-pauk
sayur-sayur > sayur-mayur
3. Suara bakti
Dalam mengucapkan kata-kata seperti gurauan, kepulauan, pakaian, putra, putri, bahtra, dan lain sebagainya, terdengar bahwa dalam hubungan fonem-fonem itu timbul lagi bunyi w atau atau y , antara u-a , dan antara i-a . Sedangkan pada kata-kata putra, putrid, dan bahtra diselipkan bunyi e (pepet) antara t-r . Bunyi ini sama sekali tidak mempunyai fungsi untuk membedakan arti; gunanya hanya sebagai pelancar ucapan saja. Bunyi semacam itu disebut suara bakti .
Batasan: Suara bakti adalah bunyi yang timbul antara dua fonem, dan mempunyaifungsi untuk melancarkan ucapan suatu kata.

8. Intonasi
Bila kita memperhatikan dengan cermat tutur bicara seseorang, maka arus ujaran (bentuk bahasa) yang sampai ke telinga kita terdengar seperti berombak-ombak. Hal ini terjadi karena bagian-bagian dari arus ujaran itu tidak sama nyaring diucapkan. Ada bagian yang diucapkan lebih keras dan ada bagian yang diucapkan lebih lembut; ada bagian yang diucapkan lebih tinggi dan ada bagian yang lebih rendah; ada bagian yang diucapkan lambat-lambat dan ada bagian yang diucapkan dengan cepat. Di samping itu disana-sini, arus ujaran itu masih dapat diputuskan untuk suatu waktu yang singkat atau secara relatif lebih lama, dengan suara yang meninggi (naik), merata, atau merendah (turun). Keseluruhan dari gejala-gejala ini yang terdapat dalam suatu tutur disebut intonasi .
Berarti intonasi itu bukan merupakan suatu gejala tunggal, tetapi merupakan perpaduan dari bermacam-macam gejala yaitu tekanan (stress), nada(pitch), durasi (panjang-pendek), perhentian, dan suara yang meninggi, mendatar, atau merendah pada akhir arus ujaran tadi. Intonasi dengan semua unsur pembentuknya itu disebut unsur suprasegmental bahasa. Landasan intonasi adalah rangkaian nada yang diwarnai oleh tekanan, durasi, perhentian dan suara yang menaik, merata, merendah pada akhir arus ujaran itu.
Batasan: Intonasi adalah kerja sama antara nada, tekanan, durasi, dan perhentian-perhentian yang menyertai suatu tutur, dari awal hingga ke perhentian terakhir.
Karena unsur yang terpenting dari intonasi adalah tekanan, nada, durasi, dan perhentian, maka di bawah ini akan diberikan uraian singkat mengenai keempat komponen itu.
1. Tekanan (Stress)
a. Pengertian Tekanan
Yang dimaksud dengan tekanan (stress) adalah suatu jenis unsur suprasegmental yang ditandai oleh keras-lembutnya arus ujaran. Arus ujaran yang lebih keras atau lebih lembut ditentukan oleh amplitudo getaran, yang dihasilkan oleh tenaga yang lebih kuat atau lebih lemah. Bila kita mengucapkan sepatah kata secara nyaring, misalnya kata / perumahan/, akan terdengar bahwa dalam arus ujaran itu ada bagian yang lebih keras diucapkan dari bagian yang lain. Menurut idiolek penulis, kata tadi dapat diucapkan sebagai berikut:
/pèrumáhân/
Dari seluruh kata / perumahan/, bagian atas segmen /máh/ kedengarannya lebih keras dari bagian-bagian yang lain. Jadi dalam hal ini kita dapat membeda-bedakan beberapa macam tekanan yang bertalian dengan tingkat keras-lembutnya yaitu:
i) Tekanan paling keras = ´ (Perancis: accent aigu)
ii) Tekanan keras = ` (Perancis: accent grave)
iii) Tekanan lembut = ˆ (Perancis: accent circonflexe)
iv) Tekanan paling lembut = (u) (Perancis: accent breve)
b. Tekanan Distingtif dan non-distingtif
Dalam beberapa bahasa Barat, misalnya Inggris dan Belanda, tekanan dapat berfungsi untuk membedakan arti (distingtif). Berarti bila tekanan keras pada suatu bagian (segmen) dari kata dipindahkan ke bagian yang lain, maka makna kata berubah, misalnya:
Inggris: r é f u s e = sampah
r e f ú s e = menolak
Belanda: d ó o r l o p e n = berjalan terus
d o o r l ó p e n = menjalani, menempatkan
Pada kebanyakan bahasa di dunia, tekanan ini tidak bersifat distingtif ( non distingtif ) yang berarti tidak berfungsi membedakan arti, misalnya bahasa Indonesia, Jawa, dan sebagainya.
c. Tekanan dalam bahasa Indonesia
Walaupun tekanan dalam bahasa Indonesia tidak bersifat distingtif, itu tidak berarti bahwa kata-kata dalam bahasa Indonesia tidak mengandung tekanan. Seperti dalam ilustrasi dengan kata /perumahan/, jelas ada tekanan dalam bahasa Indonesia. Tetapi yang menimbulkan persoalan adalah di mana letak tekanan keras pada kata-kata bahasa Indonesia? Bangsa Indonesia yang memiliki bermacam-macam bahasa daerah dan dialek, memiliki pula intonasi yang berbeda ragamnya. Keanekaan intonasi itu dibawa serta ke dalam bahasa Indonesia, hingga mempengaruhi pula intonasi bahasa Indoenesia. Dalam pergaulan sehari-hari, kita menjumpai bermacam-macam orang yang mempergunakan bahasa Indonesia, tetapi betapa berbeda intonasi yang digunakan oleh seorang Jawa dan seorang Batak, seorang Minang dan seorang Sunda, Ambon atau Fores. Tetapi katakanlah manakah dari semua intonasi itu yang benar? Ukuran-ukuran manakah yang dipakai untuk menetapkan intonasi yang benar? Hingga kini belum ada suatu ketentuan resmi mengenai hal itu.
Ketentuan-ketentuan sementara yang ada sekarang dalam beberapa buku tata bahasa didasarkan saja atas pendapat dan rasa dari beberapa orang tertentu. Yang dibenarkan oleh ilmu bahasa adalah pertama-tama kita harus mengadakan kodifikasi intonasi dari semua penutur bahasa Indonesia, atau sekurang-kurangnya beberapa orang yang mewakili berbagai bahasa daerah dan dialek, baru kemudian dapat ditetapkan kaidah-kaidah intonasi yang baku bagi bahasa Indonesia. Jika dasar ini tidak diperhatikan, maka akan tampak bahwa ketentuan yang dibuat itu akan lainnya jalannya dari kenyataan. Adalah menjadi harapan kita bersama agar dalam waktu yang tidak terlalu lama, sudah dimulai usaha-usaha ke arah tersebut.
d. Tekanan Kalimat
Walaupun tekanan yang distingtif dalam bidang kata tidak ada dalam bahasa Indonesia, dalam bidang kalimat tekanan yang distingtif itu ada. Tekanan semacam itu biasanya disebut emfasis .
Tekanan tersebut dibuat antara lain jika ada kata atau bagian tertentu dari kalimat yang dipentingkan, atau dipertentangkan dengan bagian lain. Misalnya:
• Anak itu memukul adikku.
• Anak itu memukul adikku.
• Anak itu memukul adikku.
• Anak itu memukul adik ku.
• Anak itu memukul adik ku.

2. Nada
a. Pengertian Nada
Yang dimaksud dengan nada adalah suatu jenis unsur suprasegmental yang ditandai oleh tinggi-rendahnya arus-ujaran.
Tinggi rendahnya arus-ujaran terjadi karena frekuensi getaran yang berbeda antar segmen. Bila seseorang berada dalam kesedihan ia akan berbicara dengan nada yang rendah. Sebaliknya bila berada dalam keadaan gembira atau marah, nada tinggilah yang biasanya dipergunakan orang. Suatu perintah atau pertanyaan selalu disertai nada yang khas. Nada dalam ilmu bahasa biasanya dilambangkan dengan angka misalnya /2 3 2/ yang berarti segmen pertama lebih rendah bila dibandingkan dengan segmen kedua, sedangkan segmen ketiga lebih rendah dari segmen kedua. Dengan nada yang berbeda, bidang arti yang dimasukinya pun akan berbeda.
b. Nada yang distingtif dan non-distingtif
Dalam bahasa-bahasa German, demikian juga dalam bahasa-bahasa Nusantara, nada dalam bidang kata tidak diakui sebagai fonem, yaitu bahwa tidak ada nada yang bersifat distingtif. Sebaliknya ahli-ahli bahasa mengakui bahwa nada dalam bahasa Yunani dan Cina mempunyai fungsi distingtif, yaitu mempunyai peranan untuk membedakan arti. Dalam bahasa Indonesia tidak ada nada di bidang kata.
c. Nada dalam Kalimat
Seperti apa yang telah diilustrasikan di atas, nada dalam bahasa Indonesia hanya berfungsi membedakan arti bila terdapat dalam kalimat. Karena intonasi pertama-tama didasarkan pada nada, maka nada yang distingtif dalam kalimat, tidak lain pada dasarnya adalah intonasi yang distingtif. Ada intonasi berita, intonasi tanya, intonasi perintah, intonasi yang menyatakan kemarahan, kegembiraan dan sebagainya, walaupun mungkin unsur segmentalnya sama.
3. Durasi
a. Pengertian
Yang dimaksud dengan durasi adalah suatu jenis unsure suprasegmental yang ditandai oleh panjang pendeknya waktu yang diperlukan untuk mengucapkan sebuag segmen.
Dalam tutur, segmen-segmen dalam kata / tinggi / yaitu / ting / dan / gi / masing-masingnya dapat diucapkan dalam waktu yang sama, tetapi dapat terjadi bahwa seorang pembicara dapat mengucapkan segmen / ting / lebih lama dari segmen / gi / atau sebaliknya. Misalnya:
/ ti . . ng-gi sekali / atau
/ ting-gi . . sekali /
Dalam hal yang pertama /i/ dari segmen / ting / diucapkan lebih lama, sedangkan dalam hal yang kedua /i/ dari segmen / gi / diucapkan lebih lama.
b. Durasi yang Distingtif dan Non-distingtif
Pada umumnya durasi pada bahasa-bahasa di dunia tidak bersifat distingtif dalam bidang kata. Tetapi ada beberapa bahasa yang memiliki durasi distingtif, misalnya bahasa Sansekerta. Durasi distingtif dalam bidang kata biasanya dinyatakan oleh adanya vokal pendek dan vokal panjang dalam bahasa itu. Dalam bahasa Sansekerta misalnya:
bhara (ajektif) = yang mengandung, yang menganugerahkan
bhara (nomina) = muatan, beban
bala (nomina) = kekuatan, pasukan
bala (ajektif) = muda
bala (nomina) = anak
dina (nomina) = hari
dina (ajektif) = hina
Bahasa Indonesia tidak memiliki durasi dalam bidang kata.
c. Durasi dalam Kalimat
Seperti yang telah dikatakan di atas, durasi dalam bidang kata tidak terdapat dalam bahasa Indonesia. Namun dalam bidang kalimat terdapat durasi yang distingtif. Sebuah segmen dalam sebuah kalimat dapat diucapkan dalam waktu yang relatif lebih lama dari segmen-segmen lain dalam kalimat, untuk menekan segmen itu. Misalnya:
/ pakaian yang dipakainya itu maha . . l sekali /
Atau apabila seorang lagi berpidato atau berbicara akan mengucapkan bagian tertentu dari pidatonya, entah berwujud klausa, kalimat, atau rangkaian kalimat-kalimat, dalam waktu yang lebih lambat dari bagian-bagian lainnya. Dan dalam banyak hal cara ini sering digunakan. Bagian yang tidak penting diucapkan cepat-cepat, sementara bagian yang penting diucapkan lambat-lambat.
4. Kesenyapan
Kesenyapan merupakan suatu proses yang terjadi selama berlangsungnya suatu tutur atau suatu arus-ujaran, yang memutuskan arus-ujaran yang tengah berlangsung . Oleh karena itu kesenyapan selalu berada dalam bidang tutur, minimal dalam bidang kalimat.
Ada kesenyapan yang bersifat sementara atau berlangsung sesaat saja, yang menunjukkan bahwa tutur itu masih akan dilanjutkan. Ada pula perhentian yang sifatnya lebih lama, yang biasanya diikuti oleh suara yang menurun yang menyatakan bahwa tutur atau bagiab dari tutur itu telah mencapai kebulatan.
Kesenyapan jenis pertama disebut kesenyapan antara atau kesenyapan non-final atau jeda . Kesenyapan ini biasanya dilambangkan dengan tanda koma (,). Sedangkan kesenyapan yang kedua disebut kesenyapan akhir atau kesenyapan final . Kesenyapan ini biasanya dilambangkan dengan tanda titik (.) atau titik koma (;) bila suaranya merendah, dan akan dilambangkan dengan tanda tanya (?) jika intonasi merendah, dan kan dilambangkan dengan tanda seru (!) jika intonasinya lebih keras kedengaran dengan suara yang menurun.

9. Ejaan Bahasa Indonesia
1. Huruf
Bagian terbesar dari sejarah umat manusia berada dalam kegelapan karena perkembangan, perluasan, timbul-tenggelamnya bahasa-bahasa di muka bumi ini tidak diketahui. Bangsa-bangsa dahulu kala tidak mengenal suatu cara untuk dapat meninggalkan kepada kita riwayat hidup mereka. Sumber-sumber yang tertulis baru saja diketahui, dan hanya meliputi beberapa ribu tahun saja.
Bukti-bukti tertulis itu dalam bentuk yang paling tua terdapat misalnya pada orang-orang Indian Mexico berupa lukisan-lukisan. Suatu urutan lukisan menggambarkan kepada kita suatu peristiwa tertentu. Cara ini biassa disebut piktograf. Piktograf itu lambat laun dikembangkan sedemikian rupa hingga suatu lukisan dapat menggambarkan pengertian-pengertian tertentu. Kata-kata yang berlainan tetapi mempunyai bunyi yang sama juga dapat dilukiskan dengan tanda atau simbol yang sama; sistem ini disebut ideograf atau logograf, yaitu suatu sistem dimana suatu kata dilambangkan oleh suatu tanda, misalnya dalam huruf-huruf Tiongkok. Dalam sistem kita yang modern ini masih dapat ditemukan sistem logograf ini, yaitu bila kita melambangkan bilangan-bilangan memakai tanda-tanda: 1, 2, 3, 4, 5, dan sebagainya.
Dari sistem ideograf atau logograf itu kemudian diturunkan bermacam-macam lambang yang mewakili suku kata saja. Contoh yang dapat dikemukakan adalah huruf-huruf Jepang, Dewa Negari, Arab dan lain-lain. Untuk menunjukkan vokal dalam huruf-huruf Arab dan Dewa Negari diberi tanda-tanda baru.perkembangan yang paling akhir sebagai penyempurnaan dari sistem perlambangan atas suku kata (silabis), adalah setiap bunyi dilambangkan dengan satu tanda. Sistem ini disebut fonemis , misalnya aksara Latin, Yunani, Jerman, dan sebagainya.
Dengan bermacam-macam cara itulah orang dapat melukiskan bahasa dalam bentuk lambang-lambang. Segala macam cara itu pada umumnya disebut huruf.
Di antara sekian macam sistem itu, huruf yang didasarkan atas satu lambang untuk satu bunyi adalah sistem yang paling baik. Dan untuk selanjutnya pengertian huruf yang akan dipakai adalah pengertian terakhir.
Jadi sejauh ini sekurang-kurangnya umat manusia telah mengenal 4 macam sistem tulisan.
a. Tulisan piktograf: urutan beberapa gambar untuk melukiskan suatu peristiwa, misalnya pada orang Indian Mexico.
b. Ideograf atau logograf: suatu tanda atau lambang mewakili sepatah kata atau pengertian, misalnya huruf Cina.
c. Tulisan silabis: suatu tanda untuk menggambarkan suatu suku kata, misalnya tulisan Jepang, Dewa Negari, dan lain-lain.
d. Tulisan fonemis: satu tanda untuk melambangkan satu bunyi, misalnya huruf Latin, Yunani, Jerman dan lain-lain.
Batasan: Huruf adalah lambang atau gambaran dari bunyi .
Setiap sistem perlambangan bunyi-ujaran mempunyai urutan-urutan tertentu. Rentetan urutan sistem Latin lain dari Yunani dan lain pula dari urutan sistem Rusia. Rentetan huruf-huruf menurut sistem tertentu itu kita kenal dengan abjad atau alfabet . Jadi ada alfabet Latin, ada alfabet Yunani dan lain-lain.

2. Ejaan
Dasar yang paling baik dalam melambangkan bunyi-ujaran atau bahasa adalah satu bunyi-ujaran yang mempunyai fungsi untuk membedakan arti harus dilambangkan dengan satu lambang tertentu. Dengan demikian pelukisan atas bahasa lisan itu akan mendekati kesempurnaan, walaupun kesempurnaan yang dimaksud itu tentulah dalam batas-batas ukuran kemanusiaan, masih bersifat relatif. Walaupun begitu literasi (penulisan) bahasa itu belum memuaskan karena kesatuan intonasi yang bulat yang menghidupkan suatu arus-ujaran itu hingga kini belum dapat diatasi. Sudah diusahakan bermacam-macam tanda untuk tujuan itu tetapi belum juga memberi kepuasan. Segala macam tanda baca untuk menggambarkan perhentian antara, perhentian akhir, tekanan, tanda tanya, dan lain-lain adalah hasil dari usaha itu. Tetapi hasil usaha itu belum dapat menunjukkan dengan tegas bagaimana suatu ujaran harus diulang oleh yang membacanya.
Segala macam tanda baca seperti yang disebut di atas disebut tanda baca atau pungtuasi.
Walaupun sistem ejaan sekarang didasarkan atas sistem fonemis, yaitu satu tanda untuk satu bunyi, namun masih terdapat kepincangan-kepincangan. Ada fonem yang masih dilambangkan dengan dua tanda (diagraf), misalnya ng, ny, kh, dan sy. Jika kita menghendaki kekonsekuenan terhadap prinsip yang dianut, maka diagraf-diagraf tersebut harus dirubah menjadi monograf (satu fonem satu tanda). Di samping itu masih terdapat kekurangan lain yang sangat mengganggu terutama dalam mengucapkan kata-kata yang bersangkutan, yaitu ada dua fonem yang dilambangkan dengan satu tanda saja yakni e (pepet) dan e (taling). Ini menimbulkan dualisme dalam pengucapan.
Ejaan suatu bahasa tidak saja berkisar pada persoalan bagaimana melambangkan bunyi-bunyi ujaran serta bagaimana menempatkan tanda-tanda baca dan sebagainya, tetapi juga meliputi hal-hal seperti: bagaimana menggabungkan kata-kata, baik dengan imbuhan-imbuhan maupun antara kata dengan kata. Pemotongan itu berguna terutama bagaimana kita harus memisahkan huruf-huruf itu pada akhir suatu baris, bila baris itu tidak memungkinkan kita menulils seluruh kata di sana. Apakah kita harus memisahkan kata bunga menjadi bu – nga atau b – unga . Semuanya ini memerlukan suatu peraturan umum, agar jangan timbul kesewenangan.
Batasan: Keseluruhan peraturan bagaimana menggambarkan lambang-lambang bunyi-ujaran dan bagaimana inter-relasi antara lambang-lambang itu (pemisahannya, penggabungannya) dalam suatu bahasa disebut ejaan.
3. Macam-Macam Ejaan
Sebelum tahun 1900 setiap peneliti bahasa Indonesia (pada waktu itu bahasa Melayu) membuat sistem ejaannya sendiri-sendiri, sehingga tidak terdapat kesatuan dalam ejaan. Pada tahun 1900, Ch. van Ophuysen mendapat perintah untuk menyusun ejaan Melayu dengan mempergunakan aksara Latin. Dalam usahanya itu ia sekedar mempersatukan bermacam-macam sistem ejaan yang sudah ada, dengan bertolak dari sistem ejaaan bahasa Belanda sebagai landasan pokok. Dengan bantuan Engku Nawawi gelar Soetan Ma'moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim, akhirnya ditetapkanlah ejaan itu dalam bukunya Kitab Logat Melajoe, yang terkenal dengan nama Ejaan van Ophuysen atau ada juga yang menyebutnya Ejaan Balai Pustaka, pada tahun 1901. Ejaan tersebut tidak sekali jadi tapi tatap mengalami perbaikan dari tahun ke tahun dan baru pada tahun 1926 mendapat bentuk yang tetap.
Selama Kongres Bahasa Indonesia tahun 1938 telah disarankan agar ejaan itu lebih banyak diinternasionalisasikan. Dan memang dalam perkembangan selanjutnya terutama sesudah Indonesia merdeka dirasakan bahwa ada beberapa hal yang kurang praktis yang harus disempurnakan. Sebenarnya perubahan ejaan itu telah dirancangkan waktu pendudukan Jepang. Pada tanggal 19 Maret 1947 dikeluarkan penetapan baru oleh Menteri Pengajaran, Pendidikan dan Kebudayaan Suwandi (SK No. 264/Bag.A/47) tentang perubahan ejaan bahasa Indonesia; sebab itu ejaan ini kemudian terkenal dengan nama Ejaan Suwandi.
Sebagai dampak dalam keputusan di atas, bunyi oe tidak semuanya diganti dengan u. Baru pada tahun 1949, menurut surat edaran Departemen Pendidikan dan Kebudayaan tanda oe mulai 1 Januari 1949 diganti dengan u.
Kongres Bahasa Indonesia II tahun 1954 kembali mempersoalkan masalah ejaan. Sesuai dengan usul Kongres, kemudian dibentuk sebuah panitian dengan SK No. 44876 tanggal 19 Juli 1956. Panitia ini berhasil merumuskan patokan-patokan baru pada tahun 1957. namun keputusan ini tidak dapat dilaksanakan karena ada usaha untuk mempersamakan ejaan Indonesia dan Melayu. Sebab itu pada akhir tahun 1959 sidang perutusan Indonesia dan Melayu berhasil merumuskan suatu konsep ejaan bersama yang kemudian dikenal dengan nama Ejaan Melindo (Melayu – Indonesia). Tetapi konsep ejaan ini juga tidak jadi diumumkan karena perkembangan politik kemudian.
Karena laju perkembangan pembangunan, maka dirasakan bahwa ejaan perlu disempurnakan. Sebab itu, di tahun 1966 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Sarino Mangunpranoto dibentuk lagi sebuah Panitia Ejaan Bahasa Indonesia, yang bertugas menyusun konsep baru, yang merangkum segala usaha penyempurnaan yang terdahulu. Sesudah berkali-kali diadakan penyempurnaan, maka berdasarkan Kepurusan Presiden No. 57 tahun 1972 diresmikan ejaan baru yang mulai berlaku pada tanggal 17 Agustus 1972, yang dinamakan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).
Perubahan yang paling penting dalam EYD adalah:
Lama Yang Disempurnakan
dj djalan j jalan
j pajung y payung
nj njonja ny nyonya
sj* sjarat sy syarat
tj tjakap c cakap
ch* tarich kh tarikh
* Kedua gabungan huruf ini sebenarnya tidak terdapat dalam ejaan lama. Di samping itu diresmikan pula huruf-huruf berikut di dalam pemakaian:
f maaf, fakir
v valuta, universitas
z zeni, lezat
q, x huruf-huruf q dan x yang lazim digunakan dalam ilmu eksakta tetap dipakai.

Minggu, 10 Oktober 2010

Avenged Sevenfold – Nightmare

Nightmare

Now your nightmare comes to life.

Dragged you down below
Down to the devils show
To be his guest forever
Peace of mind is less than never

Hate to twist your mind
But God ain’t on your side
An old acquaintance severed
Burn the world your last endeavor

Flesh is burning
You can smell it in the air
Cause men like you have such an easy soul to steal

So stand in line while they ink numbers in your head
Your now a slave until the end of time here

Nothing stops the madness turning, haunting, yearning pull the trigger

You should have known
The price of evil
And it hurts to know that you belong here
Yeah
Oooooooh
It’s your fucking nightmare
While your nightmare comes to life

Can’t wake up in sweat
Cause it ain’t over yet
Still dancing with your demons
Victim of your own creation

Beyond the will to fight
Where all that’s wrong is right
Where hate don’t need a reason
Loathing self-assassination

You’ve been lied to
Just to rape you of your sight
And now they have the nerve to tell you how to feel

So sedated as they medicate your brain
And while you slowly go insane they tell ya
“Given with the best intentions, help you with your complications”

You should have known
The price of evil
And it hurts to know that you belong here
Yeah
No one to call
Everybody to fear
Your tragic fate
Is looking so clear
Yeah
Oooooooh
It’s your fucking nightmare

(Break)

(Maniacal laughter)
Fight. not to fail
Not to fall
Or you’ll end up like the others

Die, die again
Drenched in sin
With no respect for another

Down, feel the fire
Feel the hate
Your pain is what we desire

Lost, hit the wall
Watch you crawl
Such a replaceable liar

And I know your hear their voices
Calling from above
And I know they may seem real
These signals of love
But our life’s made up of choices
Some without appeal
They took for granted your soul
And it’s ours now to steal

As your nightmare comes to life

You should have known
The price of evil
And it hurts to know that you belong here
Yea
No one to call
Everybody to fear
Your tragic fate
Is looking so clear
Yeah
Oooooooh
It’s your fucking nightmare

Google Search